Teganya dikau...
Beberapa minggu kebelakang sempet baca berita di tabloid nasional lewat inet, seorang suami yang bunuh istrinya gara-gara stress akibat dominasi istrinya dalam rumah tangga. Bleehh... gara-gara karir istri yang melesat dengan cepat, pemasukan uang yang lebih besar, membuat sang istri jadi dominan di rumah dalam segala hal (mestinya si ibu ini mikir juga, kalo perilaku di tempat kerja jangan dibawa ke rumah, maaf lho bu). Resikonya bisa mati konyol, letterlijk !.
Selama ini pola pikir dalam masyarakat cenderung menempatkan wanita dalam wilayah domestik yang bertanggung jawab terhadap urusan pengasuhan anak dan dapur. Sementara lelaki berperan sebagai pencari nafkah dan tulang punggung keluarga. Kalau yang terjadi sebaliknya bisa jadi huru-hara. Belum lagi pandangan miring tetangga kiri kanan bisa jadi bumbu penyedap yang luar biasa. Ini yang rata-rata terjadi di tanah air kita tercinta.
Kalo lihat disini banyak kolega sesama kuli di kantor yang "lumayan beredukasi", suaminya malah seorang sopir truk, atau tukang betulin mesin-mesin pabrik yang kerjanya berlepotan olie tiap hari, tapi mereka kelihatan asyik-asyik aja tuh tanpa ada rencana pembunuhan dari suaminya. Entah ya kalo ini terjadi di tempat kerja lamaku di Indo mungkin jadi bisik-bisik juga. Untunglah orang disini dianggap rata, cuma kesempatan aja yang gak pernah rata.
Sebaliknya ada orang-orang setanah air yang hidup disini, beberapa yang kukenal, malah berusaha mengupgrade statusnya dengan bohong. Menutup-nutupi apa pekerjaan suaminya atau pasangan hidupnya. Contoh cilik si mbak yang kukenal ngaku si akangnya insinyur pertamanan, dan ternyata kerja di tempat penanaman bunga tulip yang tiap hari keliling ladang dengan traktor. Setelah ketahuan masih ada pembelaan diri dengan mengatakan bahwa itu dikerjakan karena hobby, bahwa uang mereka banyak, bahwa dia mampu beli apapun, dll.dll. Dodol : "???????...." (bingung, sumpah !). Cerita sejenis lainnya masih banyak - disimpen di lemari stok - tapi gag usah dibahas lieur, akibatnya si dodol trauma dan sedikit rasialis dalam bergaul karena dia jarang sekali dapet hokky, selalu dan selalu ketemu dengan orang semacam itu, waah.... bener-bener nyedot energi *** uh jadi rindu teman di Indo *** .
Mungkin karena pengaruh doktrin yang berlaku di budaya kita terbawa kesini, suami harus lebih tinggi dari istri. Jadinya ya seperti si mbak yang dulu di tanah air "sedikit punya posisi" setelah kesini berbalik 180 derajat, jadinya bertingkah seperti itu. Teganya dikau.. janganlah bohong untuk menutupi statusmu ya. Enjoy aja yang penting si akangmu happy dengan pekerjaannya.
Sebetulnya semua juga kembali ke pribadi masing-masing, dengan melihat kembali pada tujuan yang ingin dicapai. Semua kerja keras yang dilakukan semata-mata demi keutuhan rumah tangga. Eh... koq jadi aneh. Udahan ah..... ngawuuur...!!
<< Home